Dalam sebuah kisah diceritakan, dulu ada seorang ulama besar yang suatu
ketika berjalan menyusuri jalan yang lumayan ramai. Ulama kenamaan itu cukup
menarik perhatian masyarakat sekitar ketika menyaksikan ia berusaha mendekati
anjing terluka parah yang sejak awal mereka
mengusirnya.
Anjing yang sudah berhari-hari tidak makan itu berusaha menjauh
menghindari orang yang tidak biasa. Tatapan tajam sesekali terjatuh terus
menjauh lantaran takut akan mendapat celaka seperti yang dulu-dulu ia
alami. Lidahnya menjulur tak kuat lagi menggonggong layaknya khas kaum gugguk.
Sakit perih lapar dan dahaga membuatnya tunduk dibawah sifat gesit dan
arogannya. Maklum sudah berhari-hari derita demi derita terus menimpa dirinya.
Orang itu berhasil menenangkan si anjing dengan
kelembutan sikapnya. Ia menggendong sambil mengelus-elus anjing yang mulai letih untuk
sekedar mengernyitkan alisnya. Senang terasa didekapan sang pemilik hati lembut
itu. Ia dibawanya kerumah sederhana untuk
di beri makan dan dirawat sampai sembuh.
Melihat
kejadian itu banyak orang bertanya-tanya tentang kejadian tidak biasa itu, ada
apa gerangan sampai ulama bersimpati pada seekor anjing najis dan menjijikan.
Namun ulama itu
ternyata juga memberi pelajaran pada setiap orang yang melihatnya tentang kasih
sayang antar sesama makhluk Tuhan tidak terkecuali anjing ataupun hewan lain
yang telah Allah ciptakan dalam dunia ini.
No comments:
Post a Comment